Jumat, 14 September 2012

Selingkuh Yang Pertama

Selingkuh Yang Pertama


Teman dalam suka begitu banyak, teman dalam duka bisa dihitung dengn jari, itulah dinamika kehidupan. Tapi paling jahat dalam dunia pertemanan adalah, jika si teman malah “bersuka-suka” dengan istri kita. Betapa sakitnya rasa dan jiwa ini, manakala suami bekerja membanting tulang, istri di rumah malah “banting-bantingan” di kamar bersama sang teman. Lalu di mana makna persahabatan itu, jika istri malah menjadi wahana mencari kenikmatan?

Ini bukan isapan jempol, tapi sungguh dialami oleh Koko, yang bekerja di sebuah pabrik gula di Tulangbawang, Lampung Timur. Dia bersahabat dengan Banu, 36, tapi lelaki ini malah menodai nilai persahabatan itu sendiri. Ketika Koko sedang bekerja mengawasi kebun tebu di tengah malam, di rumah si Banu malah menyelinap di balik kain. Kain siapa? Ya kain Mawar, istri Koko. Mau cara apa dia di situ, ya mana penulis tahu!

Ketika kecil, Banu – Koko memang sekampung. Mereka teman main yang akrab, tapi kan bukan berarti kemudian boleh “main-main” dengan istrinya. Memang Koko wataknya begitu longgar, dia memberi kebebasan mana kala sahabat lama itu main ke rumahnya. Apa saja yang di rumah boleh ikut makai. Dari sepeda motor, sampai handuk untuk mandi. Yang tak boleh hanyalah dua macam, yakni: pakai sikat gigi miliknya, dan tentu saja……memakai istrinya!

Apesnya, Banu tak bisa menghargai nilai persahabatan yang dibangun lelaki dari Perumahan Ganesha, Batanghari, Lampung Timur, ini. Diam-diam dia malah mengincar Mawar, istri Koko yang memang lumayan sekel nan cemekel tersebut. Makin celaka lagi, aspirasi urusan bawah Banu mendapat respon positip dari tuan rumah. Walhasil mana kala Koko sedang tugas jaga kebun tebu di Tulangbawang, dia malah berani berlama-lama di rumahnya. Komplitlah jadinya pelayanan untuk Nurba’n. Ya numpang makan, ya “numpangi” istri Koko.

Hal ini tentu saja menimbulkan kecurigaan bagi warga segenap kampung. Enak buat Banu, sangat menyesakkan dada bagi pengurus RT berikut jajarannya. Tapi untuk bertindak drastis, warga masih mencoba menahan diri, sebab belum memiliki data otentik. Dengan demikian selama ini mereka baru sekadar mengamati, sampai di mana sepak terjang Banu atas diri Mawar. Jika ada dugaan “hil-hil yang mustahal” itu semua baru sebatas wacana. Sedangkan kata Gus Dur saat jadi presiden dulu, bila hanya wacana dijamin takkan ditangkap.

Selama ini kunjungan Banu atas istri Koko hanya 4-5 jam saja dalam sehari. Tapi belakangan, kok sudah mulai berani menginap, lalu pagi harinya pulang dengan wajah sumringah. Penduduk pun semakin curiga, pastilah semalam dia dapat pelayanan “sporing balansing” dan “tune up” ibaratnya mobil di bengkel. “Kasihan banget Koko. Di Tulangbawang dia jaga kebun tebu, di rumah bininya “disesep-sesep” bak batang tebu,” kata penduduk menduga-duga.

Akhirnya, ketika beberapa hari lalu kembali menginap, dan lampu depan dimatikan begitu Banu masuk, penduduk pun menggerebeknya. Di dalam ditemukan Banu Cuma koloran doang, seperti habis ngapain gitu. Dia pun diseret ke rumah Pak RT dan diinterogasi. Tapi dia bersikeras tak mau mengaku bahwa telah “nyesep-nyesep” bini Koko. Dia hanya mengaku bahwa sudah bersahabat dengan Koko sedari kecil. Karenanya, setiap numpang tidur di rumah Mawar, ya murni numpang makan dan tidur saja, tak ada yang lain-lain.

Yang bener? Nggak niduri bininya?

Sumber : http://indoseru.blogspot.com/2009/07/pahitnya-pegawai-pabrik-gula.html

Selingkuh Yang Pertama

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Labels

Labels